Al-Quran dan Literasi

Cover Al-Qur'an, dan Literasi
Melalui buku al-Qur'an dan Literasi: Sejarah Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman ini, penulis mengulas proses lahirnya peradaban ilmu pengetahuan di dunia Islam pasca al-Qur'an diwahyukan. Kebutuhan untuk mendokumentasikan wahyu (jam’ al-Qur'ân) dalam tulisan, minat yang tinggi untuk mengetahui kandungan al-Qur'an serta kepeloporan Nabi Muhammad dalam gerakan iqra’ (literasi) telah menjadi media dan momentum bagi dimulainya perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Selain itu, perintah membaca dan menulis (QS. 96:1-5) menyebabkan terjadinya ‘kompetisi’ dalam mendalami ilmu-ilmu pengetahuan di tengah umat Islam.
Jelasnya, motivasi, tamsil, perintah membaca dan menulis dalam Al-Qur'an serta kerja keras Nabi Muhammad kemudian melahirkan masyarakat Islam yang terdidik. Karena proses pewahyuan dan penyerapan al-Qur'an, misalnya, sistem tulisan Arab menjadi sempurna. Indikatornya, terjadi kodifikasi jumlah dan bentuk huruf (abjad) Arab, penyempurnaan sistem huruf Arab (syakl, nuqthah) dan dibukukannya ilmu nahwu. Bahkan setelah itu muncul kesadaran (semangat) untuk mempelajari ilmu pengetahuan di lingkungan umat Islam. Maka, muncul disiplin ulumul Qur'an, ulumut tafsir, penulisan kitab-kitab tafsir, penulisan hadis Nabi, sirah Nabi, penerjemahan buku-buku karya para filsuf Yunani, dan lain-lain. Dari sini, kelak lahir peradaban ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Buku ini lahir dari proses pembacaan terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara perintah, motivasi dan inspirasi tradisi literasi. Ayat ini diposisikan sebagai embrio dimulainya proses penciptaan peradaban ilmu pengetahuan Islam; dikaji dengan pendekatan tafsîr maudhû'i. Buku-buku ulumul Qur’an, sejarah al-Qur'an (târikh al-Qur'ân) dan sejarah masyarakat Arab yang menceritakan perkembangan lahirnya ilmu-ilmu dalam Islam penulis kaji dengan pendekatan sosial historis.

Penulis memberi perhatian lebih dan sangat terbantu dengan literatur yang merangkum sejarah para penulis keislaman awal dan karya intelektualnya: al-Fihrist karya al-Nadîm (m. 380 H) dan Kasyf al-Zhunûn karya Hâjî Khalîfah (m. 1067 H). Setidaknya dari dua buku ini, penulis menghitung dan memprediksi sampai seberapa besar perkembangan literasi Arab pasca al-Qur'an turun—yang ditandai dengan terbitnya buku-buku keislaman.

Sekali lagi, kajian dalam buku ini menarik dan penting, karena pembahasan tradisi literasi Arab kurang mendapat perhatian dalam disiplin ulumul Qur'an. Sedari awal, peran literasi Arab begitu penting terhadap proses perkembangan ulumul Qur'an (di satu sisi) serta peradaban Islam secara umum (di sisi yang lain) sehingga tetap bertahan hingga saat ini.

Penulis berharap, pembahasan dalam buku ini menjadi tawaran baru bagi perkembangan dan perluasan pembahasan ulumul Qur'an, khususnya dalam bidang literasi Arab. Buku ini diharapkan memberi manfaat bagi umat muslim secara luas, khususnya para pengkaji dan pemerhati ulumul Qur'an dan terutama lagi yang menaruh konsentrasi lebih dalam bidang literasi. Atau setidaknya, buku ini menjadi semacam motivasi umat muslim agar senantiasa tidak bosan mengkaji kitab suci al-Qur'an. Karena dengan mengkaji kitab ini, kesempatan untuk membangun kualitas umat Islam di masa yang akan datang semakin terbuka lebar.

Betapapun, buku ini diharapkan dapat menyumbangkan wawasan baru bagi khazanah/kajian ulumul Qur'an, terutama dalam bahasan  jam’ al-Qur'ân bi al-kitâbah—yang dalam buku ini ditemukan relevansinya dengan perkembangan literasi Arab. Semoga usaha penulisan buku ini menjadi amal baik penulis. Wallâh a’lam bi al-shawâb.

Selamat membaca.

Komentar

Postingan Populer