Artikel: Meneguhkan Jejak Demak


Mengapa Menemukan Jejak Pusat Kesultanan Demak itu Penting

Oleh Ali Romdhoni


Mengapa jejak pusat Kesultanan Demak harus terus dilacak dan dipastikan keberadaannya, untuk kemudian dihadirkan di depan publik? Mengapa pula saya melakukan riset tentang tema ini (kemudian terbit buku Istana Prawoto: Jejak Pusat Kesultanan Demak, 2018)?

Setidaknya ada dua alasan untuk menjawab pertanyaan di atas.
Gunung Genita Bumi Prawata: Dari titik ini kita bisa mengamati Semarang, Demak, Jepara, Muria, hingga Lasem

Pertama, Kesultanan Demak Bintoro berdiri setelah masa pemerintahan Kerajaan Majapahit berakhir. Pada masanya, Kerajaan Majapahit berdiri tegak menjadi payung bagi segenap tatanan sosial, hukum, politik, dan pemerintahan di Nusantara. Ketika itu, Majapahit dikenal dunia dengan segala kebesaran dan kekhasannya.

Namun waktu pun akhirnya berubah, dan berakhir. Kemudian lahir Kesultanan Demak Bintoro yang juga memiliki segenap kelebihan, kekurangan dan kekhususan tersendiri. Pada masa itu, Kesultanan Demak Bintoro juga berdiri tegak dan menjadi payung bagi segenap tatanan sosial, hukum, politik, dan pemerintahan di Nusantara.

Bedanya, Majapahit hadir dari satu nilai luhur yang diekspresikan oleh para pengguna(user)-nya sehingga bisa melahirkan tatana sosial yang hebat di masa itu. Demikian pula dengan Kelahiran Kesultanan Demak, ia juga lahir dari satu nilai yang khas (Islam; syariat) yang oleh para pemeluk dan user-nya juga kemudian dijadikan landasan untuk melahirkan masyarakat baru dan dengan tatanan yang juga baru. 
Angka Tahun 1865: Pintu masuk di dalam menuju Makam Eyang Sunan Kalijaga

Perlu dicatat, ada saatnya para elit Majapahit dan calon elit Kesultanan Demak saling bahu-membahu dan bekerjasama untuk mengatasi tantangan zaman pada masa itu.

Di sini lah, memastikan keberadaan jejak pusat Kesultanan Demak Bintoro menjadi penting. Kegagalan menghadirkan jejak Kesultanan Demak Bintoro akan berdampak pada absahnya untuk meragukan kehadiran tatanan baru yang pernah lahir pasca meredupnya era Majapahit.

Kedua, kita, generasi saat ini, sangat penting untuk memberikan pijakan dan data konkrit mengenai kejadian hari ini, dan kejadian-kedian di masa sebelumnya. Termasuk menunjukkan bukti jejak Kesultanan Demak. Bila kita masih terus gagal untuk memberikan bukti keberadaan pusat Kesultanan Demak, maka tantangan adik-adik dan anak-anak kita akan semakin berat. Mengingat, mereka juga akan menghadapi pertanyaan yang sama, dan bahkan bisa lebih jauh lagi.

Untuk itulah, saya melakukan upaya untuk melakukan penelitian, wabil-khusus menghadirkan bukti otentik mengenai jejak pusat Kesultanan Demak yang ternyata berada di Prawoto (Pati). Selanjutnya, baik dimengerti bahwa melihat Kesultanan Demak Bintoro di masa lalu janganlah berpatokan pada hanya teritorial wilayah Demak hari ini. Karena akan sangat jauh berbeda.
Artefak di Prawata: Jejak berserak di Prawata

Demak yang sekarang berupa satu wilayah kabupaten di garis jalan raya pantai utara Pulau Jawa. Sementara Kesultanan Demak di masa lalu adalah satu nama besar sebagai penerus Kerajaan Majapahit. Jadi, bayangkan Demak masa lalu sebagai representasi pusat Nusantara.

Begit pula dalam memahami sebaran jejak Kesultanan Demak. Titik keberadaan jejak Kesultanan Demak bisa berserak hingga ke tempat yang lebih jauh, bila diukur dengan wilayah kabupaten Demak saat ini yang tinggal berupa satu kabupaten. Maka, sangat jelas, wilayah Demak hari ini jelas sangat sempit, dan akan sangat sempit, bila dibayangkan untuk menaruh nama besar Kesultanan Demak di masa lalu sebagai pusat pemerintahan.

Sebagai akhir kalam, meneguhkan jejak pusat Kesultanan Demak Bintoro adalah persoalan kaum muda Indonesia hari ini. Iya, menemukan jejak Demak adalah persoalan kita. Semoga mencerahkan.

Komentar

Postingan Populer