menjelang akhir 2007


Indonesiaku
Negeriku Tercinta
refleksi ALI ROMDHONI

akhir nopember lalau, saya berkunjung ke pekanbaru, riau, untuk mengikuti acara ilmiah bertaraf semi-internasional. dalam event itu juga hadir tamu-tamu undangan dari negara tetangga. saya senang bisa terlibat dalam acara itu, karena saya ketemu dengan sahabat-sahabat dari berbagai daerah di nusantara. saya memanfaatkan waktu luang di sela-sela padatnya sessi untuk berdiskusi dan dialog dengan peserta lain. tema pembicaraan kita seputar persoalan yang membelit negeri ini, indonesia.

kalau saya cermati, ada perubahan cara pandang dalam fikiran dan jiwa saya, dan ini mulai ketika saya bertempat tinggal dan bergaul di lingkungan ibu kota jakarta. hal baru dalam diri saya tidak lain adalah meningkatnya kepekaan saya terhadap persoalan-persoalan yang dialami oleh rakyat indonesia di setiap penjuru negeri ini. saya merasa sebagai bagian dari bangsa ini, yang mau tidak mau harus ikut terlibat dengan masalah-masalah yang menggerogoti bumi pertiwi ini--dengan segenap entitas di dalamnya. perasaan ini begitu kuat mendominasi jiwa dan fikiran saya.

saya merasa, mungkin karena selama di jakarta ini, saya bergaul dengan berbagai kalangan: lintas suku, kelas sosial, lintas agama, ideologi dan budaya, dan juga lintas geografis. di sini, pelan-pelan saya mulai belajar berempati untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi jauh di seberang sana. saya berfikir, apa yang akan saya lakukan seandainya saya besar dan tumbuh di kawasan yang belum terjamah pendidikan, listrik, TV, internet dan berbagai sarana transportasi lainnya.

saat ini, kepala saya dipenuhi dengan bayang-bayang malaysia yang mengklaim kesenian reog (kesenian identitas masyarakat ponorogo, indonesia)/lagu rasa sayange/makanan tempe sebagai bagian dari budaya/ kekayaan intelektual negara itu (maksudnya malaysia). kepala saya juga dipenuhi dengan persoalan kemiskinan, perbatasan indonesia dengan brunai dan/atau malaysia yang tidak terurus. ada lagi persoalan demo dan tuntutan masyarakat kepada berbagai pihak, terutama pemerintah untuk urusan tertentu. ditambah lagi dengan para pemimpin negeri ini yang masih saja tidak peka dengan persoalan yang dihadapi bangsa ini, dan apa sebenarnya yang dibutuhkan rakyatnya, yang miskin.

saya berfikir dan mengeluh, kepada siapa saya harus mendiskusikan berbagai persoalan ini, dan langkah apa yang pertama kali saya harus perbuat.

wahai saudara-saudaraku di tanah air... mari kita bangun dari keterpurukan.
lihatlah negeri kita yang luas.
janganlah terus berebut secuil kue demi kepentingan sesaat.
jangan rakus penuh kebencian dengan saudara sendiri.
marilah kita bersatu, membangun diri dan bangsa tercinta, indonesia.

Komentar

Postingan Populer