!

Jelajah Ilmu

JEPARA, Punjag—Tanggal 15-17 Juli yang lalu, saya diundang oleh lembaga kemahasiswaan sebuah perguruan tinggi di Jepara, Jawa Tengah untuk menyampaikan materi pelatihan. Selama hampir tiga hari penuh, saya dibawa pada suatu tempat yang berjarak lebih kurang 2 kilo meter dari bibir pantai di wilayah Keling, Jepara untuk berbicara, diskusi, belajar, dan bermain-main dengan peserta pelatihan. Meskipun sudah biasa, pada pelatihan kali ini tetap meninggalkan kesan tersendiri bagi saya.
Pertama, karena lokasinya, Jepara. Sebagaimana tempat lain yang memiliki nilai historis, Jepara selalu mencuri perhatian saya. Setiap kali melintasi kawasan ini, saya selalu terbawa kepada suasana masa lalu yang melibatkan peran tokoh-tokoh yang lahir dari tanah Jepara. Dan setelah itu, biasanya, saya seperti terdorong untuk menguak rahasia yang tersimpan di balik hiruk-pikuk masyarakat Jepara masa kini.
Kedua, karena semangat para peserta pelatihan. Puluhan mahasiswa yang mengikuti pelatihan ketika itu adalah ’gerombolan’ anak muda yang berdedikasi tinggi dalam memikirkan kondisi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk dalam beberapa hal.
Dan, ketiga, karena hubungan geografis yang terjalin erat pada masa lalu. Sudah menjadi pemahaman umum, bahwa antara Bumi Prawoto (tanah kelahiran saya), Pati, Jawa Tengah dan kawasan Jepara disatukan oleh kebesaran sejarah Kerajaan Demak Bintoro, kala itu. Prawoto adalah ’bumi keramat’ tempat peristirahatan ’favorite’ Sunan Prawoto, putera sulung Sultan Trenggono yang juga merupakan putera mahkota Kerajaan Demak terakhir sebelum akhirnya dipindah Karebet ke Pajang. Sedangkan Jepara adalah kerajaan dan pelabuhan besar yang menjadi pintu gerbang Kerajaan Demak yang dikomandani oleh Ratu Kalinyamat, salah satu puteri Sultan Trenggono yang tidak lain adalah adik kandung Sunan Prawoto. Bisa dikatakan, bumi Prawoto dan Jepara adalah saudara kandung.
Hari ini, ketika saya bertandang ke Jepara, dalam perasaan saya, seperti berkunjung ke tempat nenek moyang saya sendiri. Mungkin kesan saya yang ini nampak berlebihan. Tetapi itulah yang saya rasakan. Subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin.[dh]

Komentar

Postingan Populer