memberi itu bertambah


memberi itu bertambah

oleh ali romdhoni


RAMADHAN kurang tiga pulah hari lagi. aku bersama istri masih di jakarta. sesekali, di pagi hari, sedikit serius mengamati peristiwa-peristiwa dunia yang menjadi headline media nasional. "makin ramai saja, negeri ini..." fikirku. memang, kejadian luar biasa, aneh, lucu, menjijikkan, prestisius, sampai yang mengharu biru tidak pernah habis membelalakkan mata orang-orang di ibu kota--tentunya juga manusia di indonesia seluruhnya.

dari sekian fenomena terkini yang lagi menjangkiti bangsaku, ada satu hal yang menyita perhatiankan. yaitu, kejala perilaku orang-orang desa yang tidak lagi bangga dengan kepahlawanan. ini ditandai dengan cara berfikir masyarakat desa yang sudah mulai berorientasi pada materi dan mencemooh sikap keberpihakan pada kaum tertindas. orang-orang di desa juga sudah mengerti politik uang, korupsi kecil-kecilan, sampai menyunat anggaran. dan masih banyak lagi sifat-sifat kurang terpuji--yang tadinya menjadi sifat keseharian tikus-tikus kantor dan pejabat--yang menjangkiti saudara-saudaraku di desa pinggiran.

jujur, aku kaget dengan hal ini. maklum, sudah lama aku sekolah di daerah tetangga. maka ketika aku balik kampung dan mendapati masyarakatku tidak lebih bersih ketimbang orang-orang di pusat pemerintahan, aku kaget bukan main. "kalau yang di desa pinggir saja sudah seperti ini, bagaimana kalau kader-kader muda ini merangsak ke pusat pemerintahan; pusat modal?

tidak sengaja, tadi malam aku ketemu dan ngobrol sebentar dengan seorang sahabat asal purbalingga, jawa tengah yang kesehariannya bekerja di Departemen Agama RI. menurut dia, pergeseran cara pandang masyarakat indonesia, terutama di pedesaan, tidak lain karena faktor sulitnya mencukupi kebutuhan ekonomi. kesulitan memenuhi kebutuhan hidup inilah yang membuat saudara-saudara kita, termasuk yang berada di pedesaan pun, mengabaikan sikap-sikap bersahaja seperti kepahlawanan, ketulusan, dan kebesaran hati meski menjadi orang biasa. karena kesulitan mencari penghidupan layak, orang-orang seperti ini beranggapan bahwa di dunia ini sudah tidak ada lagi pahlawan yang bersedia menahan ambisi demi mendahulukan kepentingan kemanusiaan.

adalah menjadi tanggung jawab kita, bangsa indonesia, utamanya yang muda-muda untuk menanam kembali benih sikap kesederhanaan, saling tolong, menyayangi lain, dan memiliki prinsip "memberi itu bertambah" dan "menolong itu sakti". mari, generasiku, aku berseru kepada kalian semua. berfikirlah dengan jernih untuk membangun negeri kita.

Komentar

Postingan Populer