kekerasan di sekitar kita


Menemukan Sosok Musuh
pada diri Teman Sendiri
Oleh ALI ROMDHONI

TERBONGKARNYA tindak kekerasan (penganiayaan) oleh beberapa oknum di beberapa daerah di tanah air, pada pertengahan bulan ini, adalah bukti riil bahwa kehidupan masyarakat kita sangat akrap dengan praktik intimidasi, baku hantam, dan balas dendam. kasus terakhir dan yang masih hangat adalah diketemukannya sindikat 'gerombolan' siswi sekolah menengah atas di wilayah Pati, Jawa Tengah, yang menamai kelompoknya sebagai "geng nero". perkumpulan gadis belasan tahun, yang masih siswi sekolah menengah atas, ini diduga kuat telah menganiaya rekannya sendiri, karena motif persaingan gaya dalam pergaulan dunia anak muda. meskipun perempuan, dalam tayangan gambar yang sering muncul di banyak stasiun tv swasta pada minggu-minggu ini, aksi pemukulan yang mereka lakukan tidak kalah sadis dengan kaum pria. saya sendiri merinding menyaksikan adegan tersebut. namun, saya harus jujur, karena aksi ini nama kabupaten 'Pati', menurut pengamatan saya pribadi, jadi sering disebut media massa, setidaknya dalam dua minggu terakhir ini. bahkan, baru sekali ini, saya melihat rupawan wajah bupati Pati, Tasiman muncul di antara tayangan berita di beberapa stasiun tv swasta nasional. yaitu ketika pak bupati memberi komentar tentang geng nero.

selain unjuk keboleh yang dilakukan geng nero, masih terjadi juga dugaan kuat penganiayaan 'bodoh' yang dilakukan mahasiswa sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Jakarta juga terhadap rekan sesama mahasiswa sendiri. bahkan dalam peristiwa yang masih diusut oleh pihak kepolisian ini, korban penganiayaan sampai tewas. tentu insiden seperti ini tidak yang pertama kali kita dengar. karena, sudah beberapa kali sebelumnya di STPDN (yang sekarang kabarnya sudah beganti nama dengan yang lain, saya tidak hafal) sudah sering terjadi hal yang demikian. beberapa kali pula peserta didik di kampus STPDN meninggal dengan mengenaskan.

inilah yang saya maksud dengan 'kekerasan di antara kita'. dua kejadian ini, misalnya. masing dilakukan satu kelompok dan menimpa sesama kelompok itu sendiri. atau minimal sesama komunitas yang juga memiliki identitas yang hampir sama: sesama geng perempuan yang masih berusia belasan tahun dan tinggal di satu kawasan tertentu. atau juga terjadi pada sesama mahasiswa satu kampus. dan lain sebagainya. menurut hemat saya, kondisi ini mencerminkan, bahwa 'kita' masih sering kabur melihat keadaan, sehingga menemukan sosok musuh pada diri saudara kita sendiri.

tragis, memang. bagaimana teman sendiri, saudara, kita anggap musuh. kenapa kita tidak geram dengan negara yang selama ini kita anggap tetangga (jiran), serumpun, malaysia, yang sering memanfaatkan kelengahan bangsa indonesia. kenapa darah kita tidak membara mengingat para TKI kita pulang tanpa nyawa karena dianiaya. kenapa kita tidak marah kepada australia yang menangkapi para nelayan kita dari NTT. kenapa kita tidak memelototi jepang yang mencuri (seperti maling) ikan-ikan kita.

namun, kenapa kita justru marah, dendam, mengintimidasi teman, tetangga, saudara, dan kawan sendiri...?

Komentar

Postingan Populer