karikatur
IDEA, Edisi 23/ April 2006
Karikatur Jyllands-Posten,
Penghianatan atas Pluralisme
Oleh ALI ROMDHONI
Di zaman yang banyak orang bersuara betapa penting menghargai perbedaan, perbedaan sebagai suatu keniscayaan, sebuah tindakan bodoh telah dilakukan dengan mengabaikan lumrah-nya perbedaan. Adalah Jyllands-Posten, koran harian bertiras terbesar (sekitar 175 ribu eksemplar perhari) di Denmark pada 30 September 2005 memuat karikatur wajah Nabi Muhammad. Karikatur itu menggambarkan figur yang dihormati umat Islam karena keteladanannya yang purna, sebagai sosok berparas tembam. Matanya besar dengan alis lebat. Bersorban hitam bulat (menyerupai bom) dengan tulisan kalimah syahadah berkaligrafi Arab, --Nabi distereotipkan sebagai teroris.
Nabi yang diwujudkan sebagai teroris itu yang membuat hati dan perasaan mayoritas penduduk Muslim dunia tertusuk, menganggap karikatur tersebut (apapun alasannya) sebagai penghinaan yang wajib dilawan. Dan Jyllands-Posten, telah menyulut kemarahan suatu kelompok, memasuki wilayah privasi (agama; kepercayaan) tanpa mau menghargai perasaan si empunya. Sekali lagi, sebuah penghianatan terhadap pluralisme.
Penghianatan atas Pluralisme
Oleh ALI ROMDHONI
Di zaman yang banyak orang bersuara betapa penting menghargai perbedaan, perbedaan sebagai suatu keniscayaan, sebuah tindakan bodoh telah dilakukan dengan mengabaikan lumrah-nya perbedaan. Adalah Jyllands-Posten, koran harian bertiras terbesar (sekitar 175 ribu eksemplar perhari) di Denmark pada 30 September 2005 memuat karikatur wajah Nabi Muhammad. Karikatur itu menggambarkan figur yang dihormati umat Islam karena keteladanannya yang purna, sebagai sosok berparas tembam. Matanya besar dengan alis lebat. Bersorban hitam bulat (menyerupai bom) dengan tulisan kalimah syahadah berkaligrafi Arab, --Nabi distereotipkan sebagai teroris.
Nabi yang diwujudkan sebagai teroris itu yang membuat hati dan perasaan mayoritas penduduk Muslim dunia tertusuk, menganggap karikatur tersebut (apapun alasannya) sebagai penghinaan yang wajib dilawan. Dan Jyllands-Posten, telah menyulut kemarahan suatu kelompok, memasuki wilayah privasi (agama; kepercayaan) tanpa mau menghargai perasaan si empunya. Sekali lagi, sebuah penghianatan terhadap pluralisme.
Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)
ALI ROMDHONI
Pemerhati persoalan sosial dan politik
Komentar