untuk pemimpin negeri ini

Kondisi Bangsaku

Oleh ALI ROMDHONI


Aku menyaksikan rakyat negeriku miskin-miskin. Mereka sulit makan. Beberapa kali saya membaca berita di media massa, seorang ibu rumah tangga putus asa karena terhimpit kebutuhan hidup sehingga nekat bunuh diri bersama dengan beberapa anaknya. Berita seperti ini tidak hanya terdengar sekali. Ya Tuhan, bangsa apa ini?

Muncul lagi fenomena baru. Rakyat semakin miskin. Di sana-sini semakin banyak pengemis. Sementara harga bahan pokok kebutuhan hidup manusia semakin mahal. Harga BBM naik lagi (Sabtu, 24/5/2008, dini hari). Kalau sudah seperti ini, rakyat juga yang semakin sengsara. Mental mereka pun semakin cengeng, rapuh, bahkan mendekati pengemis, preman, penjahat, oportunis, dan semacamnya. Suatu kali ada pihak yang membagi-bagikan zakat, uang, atau semacam sembako. Apa yang terjadi? Mungkin karena rakyat kita sudah lama kelaparan dan jarang mendapat rejeki gratis, mereka berebut, berdesakan, bahkan saling ingin mendahului dan tawuran. Korban pun berjatuhan. Fenomena ini juga lumrah terjadi di negeri ini. Ya Tuhan, bangsa apa ini?

Yang membuat hatiku geram, melihat kondisi seperti ini tidak juga membuat perasaan para petinggi/pemerintah/politikus menjadi iba, kasihan, terketuk, dan tergerak hatinya untuk tobat dan berlaku amanah dan adil kepada rakyat. Mereka yang sering disebut para elit itu tetap saja korupsi, menjual aset negara, menyunat anggaran negara, bahkan ada beberapa anggota DPR (maaf) yang tidak tau diri itu yang keluyuran ke luar negeri berdalih studi banding. Mungkin mereka tidak mau melihat kenyataan, bahwa di sekelilingnya terdapat jutaan orang miskin yang menunggu untuk dibela hak-haknya: korban Lumpur Lapindo, korban gempa yang masih mengungsi, nelayan bangkrut, petani miskin, dan model penyandang status sosial lainnya.

Saya juga prihatin melihat model kehidupan Presiden SBY. Lha wong bangsa ini ruwet bukan main, eh, kok dia bisa enak-enaknya nonton film, nyanyi-nyanyi... Apa dia tidak mengerti bahwa setiap geraknya menjadi perhatian rakyat di seluruh negeri ini. Kalau tahu begitu, jelas rakyat yang sulit makan tadi jealous, karena dia miskin kok pemimpinnya enak-enakan. Bukankah pemimpin itu orang yang perama kali merasakan lapar bila rakyatnya lapar; dan orang yang paling akhir menikmati kesejahteraan dibanding rakyatnya...

Wahai para pemimpin di negeri ini... tidak saatnya kalian bernyaman diri. Rakyat bangsa ini sungguh dalam keadaan susah. Mereka banyak yang tidak bisa makan. Tidak bisa menjaga kesehatan. Tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi. Tidak bisa hidup di lingkungan layak. Tidak bisa makan makanan yang higienis. Tidak bisa berfikir jernih karena dizhalimi. Tidak bisa mendidik anak-anak mereka karena mereka juga tidak pernah dididik dengan benar. Dan lebih parah lagi, banyak generasi muda bangsa ini yang tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan yang mencerahkan dan membangun mental kebangsaan.

Komentar

Postingan Populer