pemimpin
Mencari Sosok Pemimpin
Oleh ALI ROMDHONI
Setiap orang adalah pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri. Begitu bunyi sebuah hadis Nabi Muhammad saw. Akhir dari hadis tersebut juga menjelaskan keharusan seorang pemimpin untuk mempertanggung-jawabkan atas segala hal yang dilakukan terhadap yang dipimpinnya.
Hadis ini mengadung pengertian bahwa menjadi pemimpin berarti mengemban amanat yang harus dipertanggung-jawabkan nantinya. Mengemban amanat, atau kepercayaan, bukan hal mudah. Terlebih apa bila amanat itu berupa kedudukan, pangkat dan jabatan. Ada seribu alasan untuk membuat seseorang meyelewengkan amanat yang diembannya.
Fakta di lapangan menunjukkan betapa banyak para pemimpin yang justru menggunakan jabatan yang disandangnya untuk kepentingan diri sendiri. Pemimpin, raja, dan presiden yang menggunakan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Juga pemimpin yang hidup dengan segala kemegahannya diantara raungan dan tangis rakyat yang menderita busung lapar dan papa.
Ali Romdhoni
Alumnus Pondok Pesantren Al Ma'ruf Bandungsari Grobogan dan
Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang.
Sekarang studi di UIN Jakarta
Tentang Penulis
Lahir di Prawoto, sebuah desa berjarak lebih kurang 14 kilometer arah selatan Kota Pati, Jawa Tengah, pada tanggal 10 Mei 1978. Waktunya banyak digunakan menekuni khazanah ilmu-ilmu pesantren. Setelah menyelaikan pendidikan TK Al Muslim, SD Prawoto 01 dan MTs Sunan Prawoto di desanya, kemudian nyantri di Pondok Pesantren Al Ma’ruf Bandungsari, Grobogan, dalam asuhan KH. Abdul Wahid Zuhdi dan KH. Ahmad Kholil Karim. Dan masuk Madrasah Mamba'ul Ulum dalam asuhan KH. Abdul Wahid Karim. Sempat juga mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, selama setahun dalam asuhan Simbah Kiyai Maimun Zubair.
Pada tahun 2001 masuk di Jurusan Aqidah dan Filsafat Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan pada Agustus 2006 diterima di UIN Jakarta.
Sampai saat ini masih sangat berminat terhadap kajian keislaman, sejarah, sastra dan budaya.
Oleh ALI ROMDHONI
Setiap orang adalah pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri. Begitu bunyi sebuah hadis Nabi Muhammad saw. Akhir dari hadis tersebut juga menjelaskan keharusan seorang pemimpin untuk mempertanggung-jawabkan atas segala hal yang dilakukan terhadap yang dipimpinnya.
Hadis ini mengadung pengertian bahwa menjadi pemimpin berarti mengemban amanat yang harus dipertanggung-jawabkan nantinya. Mengemban amanat, atau kepercayaan, bukan hal mudah. Terlebih apa bila amanat itu berupa kedudukan, pangkat dan jabatan. Ada seribu alasan untuk membuat seseorang meyelewengkan amanat yang diembannya.
Fakta di lapangan menunjukkan betapa banyak para pemimpin yang justru menggunakan jabatan yang disandangnya untuk kepentingan diri sendiri. Pemimpin, raja, dan presiden yang menggunakan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Juga pemimpin yang hidup dengan segala kemegahannya diantara raungan dan tangis rakyat yang menderita busung lapar dan papa.
Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)
Ali Romdhoni
Alumnus Pondok Pesantren Al Ma'ruf Bandungsari Grobogan dan
Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang.
Sekarang studi di UIN Jakarta
Tentang Penulis
Lahir di Prawoto, sebuah desa berjarak lebih kurang 14 kilometer arah selatan Kota Pati, Jawa Tengah, pada tanggal 10 Mei 1978. Waktunya banyak digunakan menekuni khazanah ilmu-ilmu pesantren. Setelah menyelaikan pendidikan TK Al Muslim, SD Prawoto 01 dan MTs Sunan Prawoto di desanya, kemudian nyantri di Pondok Pesantren Al Ma’ruf Bandungsari, Grobogan, dalam asuhan KH. Abdul Wahid Zuhdi dan KH. Ahmad Kholil Karim. Dan masuk Madrasah Mamba'ul Ulum dalam asuhan KH. Abdul Wahid Karim. Sempat juga mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, selama setahun dalam asuhan Simbah Kiyai Maimun Zubair.
Pada tahun 2001 masuk di Jurusan Aqidah dan Filsafat Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan pada Agustus 2006 diterima di UIN Jakarta.
Sampai saat ini masih sangat berminat terhadap kajian keislaman, sejarah, sastra dan budaya.
Komentar