naga & semiotik


DIMAS, Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) IAIN Walisongo Semarang. Edisi 12/Th. 2006.


Naga di Pintu Masjid
Membaca Pesan Ilustrasi Bledek di Pintu Masjid Demak

Oleh ALI ROMDHONI

Syahdan, Ki Ageng Selo, putra Ki Getas Pendawa yang kelak melahirkan raja-raja Mataram Islam, berhasil menangkap bledek (petir). Peristiwa ini terjadi ketika Pangeran Sabrang Lor (Adipati Unus), putra sulung Raden Fatah dari Demak meninggal dunia. Ketika itu para wali baru saja selesai menjalankan shalat Jumat. Mereka kemudian berkumpul di serambi masjid untuk menetapkan raja baru sebagai pengganti Adipati Unus.
Tiba-tiba di langit tampak segumpal awan gelap yang menimbulkan cuaca sangat buruk. Suara petir terdengar menggelegar, seakan hendak menyambar isi bumi. Saat itulah Ki Ageng Selo muncul. Dengan kelebihannya, petir itu dia tangkap, dan kemudian diserahkan kepada para wali (Graaf, Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati, 2001).
Ki Ageng Selo mengabadikan petir ini dalam bentuk lukisan (gambar berukir) makhluk yang luar biasa di pintu utama Masjid Agung Demak. Bila diamati, gambar bledek di pintu utama Masjid Agung Demak itu berbentuk makhluk raksasa mirip naga. Matanya melotot lebar, bertaring dengan lidah menjulur. Tubuhnya panjang bersisik, dan di bagian ekor seperti terdapat api yang menyala-nyala.
Hingga saat ini kita masih bisa menjumpai ukiran petir itu apabila berkunjung langsung ke Masjid Agung Demak yang konon dibuat para wali penyebar agama Islam di tanah Jawa. Tulisan ini membahas ilustrasi petir (naga) yang terdapat dalam pintu utama Masjid Agung Demak, dikaji melalui pendekatan semiotic dengan penerapan teori yang diajukan oleh Charles Sanders Pierce (Amerika Serikat, 1834-1914).

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)


ALI ROMDHONI
Peminat studi tentang simbol
Penulis skripsi “Analisis Semiotik terhadap Teks Piagam Madinah”

Komentar

Postingan Populer