persma

Pers Mahasiswa Sebagai Media Watch
Oleh ALI ROMDHONI

Sudah menjadi lazim, membicarakan Pers Mahasiswa (Persma), di Indonesia, “hampir sama” dengan menceritakan Pergerakan Mahasiswa. Hal ini karena ada kesamaan visi dan misi antara keduanya. Baik Persma maupun Pergerakan Mahasiswa sama-sama berorientasi kritis terhadap ketimpangan sosial, dan sama-sama dilakoni oleh kelompok anak muda yang masih memiliki semangat kritis dan darah juang berapi-api. Dan, biasanya dua kelompok ini sudah berbekal daya intelektual yang cukup.
Mereka adalah mahasiswa. Kalangan muda yang berumur antara 19 – 28 tahun, yang memang dalam usianya mengalami suatu peralihan dari remaja ke fase dewasa. Suatu fase dalam perjalanan hidup manusia yang menurut Aristoteles ingin berbeda atas lingkungan dan realitas kesadaran dirinya.
Quo vadis Persma pun tidak jauh beda dengan sejarah Pergerakan Mahasiswa. Kalau dalam sejarah Pergerakan Mahasiswa ada aktifis yang ditangkap lalu diadili, dalam sejarah Persma ada Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) yang diberedel. Harus penulis jelaskan pula di sini mengapa memakai LPM, dan bukan LPK. K yang dimaksud tentu singkatan dari Kampus.
Mengenai hal ini, karena dalam prakteknya pihak kampus pun ada yang tidak bersahabat dengan lembaga pers yang diterbitkan mahasiswa. Sehingga mengklaim sebagai lembaga penerbitan mahasiswa, yang berarti pers yang diterbitkan oleh mahasiswa, bukan kampus (rektorat), adalah tidak ada salahnya.

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)


ALI ROMDHONI
Pemimpin Umum Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT 2004-205
IAIN Walisongo Semarang

Komentar

ErRorZisE mengatakan…
thanks boz....

Postingan Populer