masyarakat gempa


DIMAS, Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) IAIN Walisongo Semarang. Edisi 11/Th. 2006.




Kecerdasan Lokal dalam Unen-unen Jawa

Fondasi Menata Kehidupan Pasca Gempa






Oleh ALI ROMDHONI, S.Fil.I
Relawan Lembkota untuk program pendampingan masyarakat Temugem di Klaten, Jateng. Peneliti di Ilham Institut Semarang.

Abstraks:
Gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala Richter, Sabtu (27 Mei 2006) mengguncang wilayah Klaten, Yogyakarta dan sekitarnya. Musibah yang terjadi sekitar pukul 05.59 wib itu merenggut ribuan nyawa, merobohkan rumah-rumah penduduk, dan menghancurkan sarana public. Para penduduk kehilangan sanak famili, tempat tinggal, dan lapangan pekerjaan.
Yang paling memprihatinkan, ribuan anak-anak terancam frustasi, putus belajar, dan kehilangan masa depan. Mereka mengalami stress traumatic. Dalam memori ingatannya terekaman kegetiran hidup: dari melimpah menjadi surut. Dari menjulang menjadi reruntuhan batu dan bata. Dari mudah menjadi sulit. Dan dari ada menjadi tiada sama sekali.
Kondisi ini menuntut metode ampuh untuk membantu para korban bangkit dari keterpurukan. Satu generasi manusia harus segera sembuh dari derita fisik dan mental. Progresifitas mereka harus pulih seperti sediakala untuk menata kehidupan dan menyambut masa depan yang lebih baik.
Dalam kondisi seperti ini, falsafah Jawa, sebagai pedoman dalam setiap tindak tanduk masyarakat Jawa, layak digali dan diujicobakan untuk recovery mental pasca gempa. Falsafah Jawa itu terhimpun dalam unen-unen yang biasa terucap secara refleks (ning lambe) oleh masyarakat Jawa.
Unen-unen, yang sekilas tampak seperti ungkapan aneh tidak berdasar, sebenarnya mengandung kedalaman makna dan kejernihan fikir dalam memandang sisi kehidupan. Unen-unen Jawa mengandung kecerdasan lokal (local genius) yang apabila meresapinya, orang akan arif menyikapi kehidupan, memiliki ketangguhan mental, dan tidak mudah loyo menghadapi manis-getirnya hidup.


Kata Kunci: Jawa, Local Genius, Unen-Unen, Javanese outlook, Masyarakat Temugem.

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)


Komentar

Postingan Populer