muslim bali

AMANAT, Edisi 101/ Agustus 2004
Mengintip Aktifitas Masyarakat Muslim Lolohan Timur Bali
Oleh ALI ROMDHONI

Pulau Bali, yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu, yang menjadi pusat tujuan wisatawan mancanegara dan domestik, ternyata terdapat pemukiman Muslim. Meski tidak besar, mereka memiliki aktifitas keseharian yang unik dalam mempertahankan agama dan budaya. Bagaimana kisahnya, berikut laporan wartawan SKM AMANAT, Ali Romdhoni, yang melakukan perjalanan ke Lolohan Timur Bali saat mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

Pagi itu (pukul 04.30 WITA), Alunan adzan subuh menggema dari sebuah masjid yang tidak begitu ramai dengan jamaah, ketika kami (peserta KKL) menghentikan perjalanan untuk kali pertamanya di pulau Bali. Beberapa laki-laki menunaikan shalat subuh berjamaah. Sederet al Quran yang tertata rapi nampak menghiasi salah satu sudut ruangan masjid yang berukuran sekitar 400 m2. itu. Di bawah sinaran lampu ruangan, lantai masjid memantulkan cahaya berkilau.
Kalau boleh berasumsi, masjid ini terawat dengan baik. Hal ini, setidaknya, nampak dari kran-kran pengambilan air wudhu dan kondisi lingkungan masjid yang bersih dan rapi. Di salah satu dinding bagian dalam masjid terdapat prasasti yang menerangkan masjid ini didirikan oleh Yayasan Muslim Pancasila.
Di masjid itu kami beristirahat. Selesai shalat, dan istirahat sebentar setelah semalaman diperjalanan, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi Pondok Pesantren (PP) Manbaul Ulum, Lolohan Timur, Negara, Bali. Untuk mencapai lokasi tersebut membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Lokasi masjid itu berjarak 0,5 kilometer dari pelabuhan penyeberangan Gilimanuk, Bali. Berada persis di sebelah jalan raya Gilimanuk-Lolohan Timur. Lolohan Timur sendiri adalah sebuah kawasan penduduk di pulau Bali, yang mayoritas –hampir mencapai jumlah 96 %-- memeluk Islam.
Kalau anda sempat melakukan perjalanan antara Gilimanuk ke Lolohan Timur, di kanan-kiri jalan masih terdapat hutan dengan pohon-pohonnya yang mencapai ketinggian sekitar 10-16 m. Lolohan Timur masuk wilayah Negara (baca: Negare), Kabupaten Jembrana, Bali. Tempat ini berada kurang lebih 25 km. dari Pelabuhan Gilimanuk, dan berjarak sekitar 84 km. dari Kota Denpasar. Lolohan Timur merupakan desa yang hijau. Bermacam-macam tanaman tumbuh subur disana.
Lolohan Timur bagian dari daerah Lolohan yang terbagi menjadi tiga wilayah; Lolohan Selatan, Timur, dan Barat. Masyarakat setempat biasa menyebut Lolohan Selatan dengan Markesari, dengan 95 % penduduknya memeluk agama Hindu. Sedangkan Lolohan Timur mayoritas penduduknya beragama Islam.
Berbeda dengan daerah Lolohan lainnya, Lolohan Barat dihuni penduduk Muslim dan non Muslim. Dengan perbandingan 50 % Muslim dan 50 % lainnya non Muslim, yang meliputi: Hindu, Budha, Kristen dan lainnya
Penduduk Lolohan Tumur sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Namun yang membedakan dengan nelayan kebanyakan, para nelayan tidak mencari ikan di laut, tapi di pengambengan (sejenis rawa). “Di Lolohan Timur masih terdapat banyak pengambengan”, tutur Hamidah (45), perempuan asal Madura yang menjadi penduduk Lolohan Timur. “Pengambengan menyerupai danau kecil yang banyak dihuni ikan” tambah ibu dua anak yang sehari-hari bekerja sebagai penjual es dawet itu, sambil memberikan minuman yang saya pesan. Ada juga dari mereka yang bertani dan berdagang.
ALI ROMDHONI
Peneliti sejarah keislaman di Jembrana, Lolohan Timur, Bali.

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)


Komentar

Postingan Populer