semarang


Banjir dan Sampah
Kado HUT Ke-459 Kota Semarang

Oleh ALI ROMDHONI

Sudah mentradisi, setiap hari ulang tahun (HUT) disambut dengan pesta dan perayaan. Merayakan HUT/ultah dimaksudkan untuk megenang hari/even istimewa; karena sejak saat itu “mengada”. Namun demikian ada yang lebih penting dari sekedar mengenang atau memeringati hari jadi, yaitu mengevaluasi tindakan-tindakan yang sudah lalu, serta menyusun langkah ke depan agar lebih berbobot ketimbang masa lampau. Itulah makna sejati memeringati (mengingat-ingat) hari jadi --karena tidak ada yang lebih bermakna dalam setiap kehidupan, kecuali meningkatnya prestasi seiring bertambahnya waktu dan usia.
Tepat pada hari selasa, tanggal 2 Mei, kota Semarang merayakan Hari Jadi-nya ke-459. Akan lebih bermakna jika prosesi perayaan Hari Jadi Kota Semarang tahun ini tidak hanya terjebak pada acara seremonial, menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya. Ada agenda yang lebih penting dari sekedar menghabiskan anggaran ratusan juta rupiah --apa lagi mencapai Rp 800 juta (Kompas, Senin, 24 April 2006). Yaitu membangun kesadaran bersama, antara Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan warga Semarang untuk guyub (kompak) membangun kota tercinta.
HUT kota Semarang bisa dijadikan momentum yang tepat untuk introspeksi dan evaluasi bagi jajaran Pemkot kota Semarang. Janganlah berbangga dengan kota Semarang karena usianya yang hampir mencapai lima abad, dan nama Semarang didengar masyarakat luas. Tetapi fikirkan: pantaskah kota seperti Semarang masih punya waktu “berlangganan” banjir dan “bermain-main” dengan sampah, serta kerusakan infrastruktur terjadi di sana-sini?
Begitu juga bagi warga kota Semarang, hendaknya semakin memiliki mental peduli. Peduli dengan lingkungan, pendidikan, keamanan serta mementingkan terciptanya kenyamanan kota. Respon positif dari warga sangat penting artinya untuk mendukung program-program pemerintah dalam memajukan kota. Sementara sikap akomodatif Pemkot akan menguntungkan pembangunan kota dan kesejahteraan warganya.
Pendeknya, kerja sama antara Pemkot dan warga Semarang harus tercipta untuk membangun kota Semarang. Jangan hanya bangga dengan kebesaran kota Semarang, tetapi tidak memiliki kepedulian dengan nasib dan keberlangsungan kota Semarang, bahkan hanya mengeksploitasi kandungan sumber daya alam dan kekayaan kota. Mengeruk keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi.
Niat yang tulus Pemkot dan warga untuk membangun kota Semarang, tentu menjadi kado terindah di HUT-nya yang ke-459. Bukan “bingkisan” banjir dan sampah yang makin sulit ditanggulangi.
Dirgahayu kota Semarang ke-459, jayalah selalu.

ALI ROMDHONI
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
Tinggal di Semarang.

Komentar

Postingan Populer