tamak


Mengharap Pertolongan Orang Lain

Oleh ALI ROMDHONI


Kita sering berfikir dengan bantuan orang sudah sukses kita bisa sukses. Artinya hanya dengan digeret orang yang sudah sukseslah kita bisa naik ke titik aman; keberhasilah. Hal ini pula yang mendasari model rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS), atau dalam dunia kerja kita lainnya. Orang yang duduk di kursi jabatan tertentu biasanya menjadi dewa penolong, bahkan penentu, orang-orang yang menginginkan jabatan selanjutnya.
Repotnya, di tengah kelelahan kita sering berfikir kalau tidak ada orang yang membawa ke posisi tertentu, apalah arti diri kita ini. Sepintar apa pun, setinggi apa pun jenjang pendidikan kita, tanpa memiliki relasi dengan atasan juga sulit cari kerja. Sehingga orang-orang yang kita anggap sebagai dewa penolong adalah yang terpenting. Tetapi betulkah demikian. Apakah dengan memiliki sekian banyak koleksi orang sukses berarti kita telah memiliki kesuksesan itu.
Pepatah kuno mengatakan kabeh ngono gari opo kapitale, semua bergantung pada apa yang sudah kita bayarkan untuk sesuatu itu. Artinya sampai seberapa besar kita berbuat sebesar itu pula kita bisa berharap hasilnya. Lalu, apakah kalau kita mengenal orang-orang yang disebut di atas lantas kita boleh berharap untuk ikut masuk dalam golongan mereka. Apakah untuk sukses saratnya sudah cukup hanya dengan memiliki kenalan para yang sukses. Jawabnya, tidak.
Agaknya langkah yang agak tepat adalah melihat bagaimana perjalanan orang yang kita anggap sukses tadi. Alhasil benar tidak yang dilakukna orang sukses untuk mencapai suksesnya adalah dengan asal ikut kesuksesan orang pendahulunya. Apa bila tidak berarti kita tidak pantas melakukan hal yang tadi. Dan hanya dirimu yang bisa menolong dirimu. Orang lain hanya mengarahklan tidak lebih.
Yang bisa menolong diri kita adalah kita sendiri bukan orang lain. ingat itu.

Komentar

Postingan Populer