petani, mandiri


AMANAT, Edisi 105/ Oktober-Desember 2005



Membangun Kemandirian Petani

Oleh ALI ROMDHONI

Dalam mimpi, Al Aziz (Raja Mesir) melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum lainnya kering. Tujuh tahun kemudian paceklik melanda Mesir. Namun rakyat selamat dari busung dan lapar, karena Raja mengikuti petunjuk Nabi Yusuf as, mengelola pertanian dengan baik.

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan banyaknya tenaga manusia digantikan tenaga mesin. Namun, kebutuhan hidup manusia jenis apa yang tidak menggunakan hasil pertanian. Mulai kebutuhan fisik seperti makan dan minum, kebutuhan asasi individual seperti pakaian dan perumahan, sampai kebutuhan yang sifatnya menunjang kenyamanan hidup seperti obat-obatan dan kosmetika, untuk memenuhi semuanya menggunakan hasil pertanian. Fungsi pertanian tidak tergantikan alat secanggih apa pun. Ini berarti, manusia tidak bisa hidup tanpa pertanian.
Bagi sebuah negara, sektor pertanian menjadi bagian terpenting untuk menopang kebutuhan dan kesejahteraan warganya. Di negara kita misalnya, dengan penduduk lebih kurang 216 juta jiwa, membutuhkan bahan pangan pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, 12.5 juta ton jagung, dan 3.0 juta ton kedelai (Agus M. Handaka: 2005).

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)



ALI ROMDHONI
Lahir dalam keluarga petani-santri di Desa Prawoto, Pati, Indonesia. Menyelesaikan pendidikan s-1 di Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Sekarang studi s2 di UIN Jakarta.

Komentar

Postingan Populer