hukuman

Hukuman, Model Pembelajaran Primitif
Oleh ALI ROMDHONI


Mendekati hari-hari pertama masuk perguruan tinggi, tema perpeloncoan mendapat perhatiah lebih. Hal ini terkait dengan “tradisi” yang sudah berlaku di perguruan tinggi di Indonesia; untuk memasuki perguruan tinggi musti melewati suatu tahapan yang bernama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek), sebelum akhirnya masing-masing perguruan tinggi mengganti Ospek dengan nama sendiri-sendiri. Sebut saja Passka (IAIN), Pekik (Undip), dan lain sebagainya.
Dalam perjalanannya, Ospek, pernah “di-identikan” dengan kekerasan (perpeloncoan), yang dilakukan panitia (Senior) terhadap mahasiswa baru. Berbagai kasus kekerasan sempat mewarnai agenda yang sudah berjalan puluhan tahun ini. Hukuman fisik selalu diberikan kepada peserta yang dianggap tidak disiplin. Mulai dari yang agak ringan seperti push-up, sampai hukuman yang memberatkan peserta, sepeti pukulan dan lain sebagainya.
Yang membuat prihatin, di tahun ajaran baru ini kekerasan seperti yang terjadi di Ospek tidak hanya terjadi di perguruan tinggi. Tetapi juga sudah merambah pada SMU, bahkan baru-baru ini harian SUARA MERDEKA edisi Senin 19 Juli 2004 memberitakan, di sekolah-sekolah menengah pertama juga melakukan praktek serupa. Lewat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), para siswa senior melakukan kekerasan hampir sama dengan di perguruan tinggi ketika Ospek.
Hukuman fisik biasa diberikan senior kepada mereka yang dianggap tidak disiplin. Atribut yang dikenakan siswa baru sewaktu mengikuti MOS pun terkesan ganjil (tidak lazim). Ada yang mengenakan kaleng susu bekas di ikat pinggang, dan macam-macam, sehingga memberi kesan mereka tidak diperlakukan sebagaimana mestinya seorang calon siswa di suatu sekolah.
Saat banyak pihak mengecam tindakan panitia Ospek yang tidak manusiawi, dan bertentangan dengan idealitas perguruan tinggi, rupanya malah muncul di sekolah-sekolah yang nota bene masih setingkat dibawah perguruan tinggi. Apakah hal ini akan dibiarkan begitu saja? Tentu jawabnya tidak.

Artikel seutuhnya ada pada penulis dan tidak ditampilkan demi keamanan data. Mohon maklum (2 Juni 2009)


ALI ROMDHONI
Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat IAIN Walisongo Semarang.

Komentar

Postingan Populer